-
-
G

Selasa, 06 Januari 2015

ASPEK KETERAMPILAN KELAS V (LIMA) b SDN 179/I LADANG PERIS DALAM BALAJAR DAN PEMBELAJARAN

A.   Beberapa Pokok Pikiran Tentang Belajar dan Pembelajaran
Mengapa manusia belajar ? pertanyaan ini berkaitan dengan milinium dengan ketiga yang telah berada didepan pintu. Era ini ditandai dengan perubahan cepat yang terjadi dan sering tidak diantisipasi sebelumnya. Era gelobal menjadikan kita terekspos oleh berbagai kejadian dan tuntunan yang dipersyaratkan di masa yang akan datang. Secara arif perlu di refleksi terhadap cara kita melengkapi diri dalam memenuhi tuntunan tersebut. Bila kita tidak ingin terpelanting dalam era global tersebut, maka dengan itu seorang guru harus mempunyai keinginan besar untuk belajar.
Belajar merupakan kebutuhan hidup yang “self-generating” yang mengupayakan dirinya sendiri, karena sejak lahir manusia memiliki dorongan melangsungkan kehidupan, menuju tujuan tertentu, sadar atau tidak sadar (Adler: Leitlinie=garis hidup). Hal tersebut bukan saja karena ikhtiar untuk melangsungkan hidup bersumber dari dirinya sendiri, ibarat ada self-starter dalam dirinya melainkan juga karena sebagai makhluk sosial ia harus mempertahankan hidup.
Seseorang secara genetis telah lahir dengan suatu organ yang disebut dengan kemampuan umum (intelegensi) yang bersumber dari otak. Apabila struktur otak telah ditententukan secara biologis, berfungsinya otak tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi lingkungannya. 1  jadi apabila lingkungan berpengaruh positif bagi dirinya, kemungkinan besar potensinya tersebut berkembang mencapai realisasi optimal.
,Menanggapi prilaku manusia dalam konteks belajar menurut teori Behaviorisme adalah perubahan prilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme. Ada dua tokoh yang memplopori berkaitan erat dengan teori Behaviorisme yakni Pavlov dan Skinner. Menurut Pavlov membicarakan tentang stimulus yang dipersyaratkan (conditioning reflex)  untuk memberikan respon yang diharapkan oleh lingkungan (reflek yang dikondisikan) selanjutnya disebut dengan classical conditioning. Sedangkan Skinner sedikit agar berbeda yakni menganggap manusia dapat diamati secara langsung adalah akibat dari konsikuensi dari perbuatan sebelumnya. Kalau kosekuensinya menyenangkan, maka hal tersebut diulangi lagi. Konsekuensi-konsekuensi tersebut adalah kekuatan pengulang (reinforcement) untuk berbuat sekali lagi. Teori biasanya disebut dengan operant conditioning.
Bertolak dari teori behaviorisme, teori konstruktivisme lebih menekankan pada padangan psikologi kognitif yang artinya perbuatan belajar bukan hanya apa (isi) pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana mempergunakan peralatan mental kita untuk menguasai hal-hal yang kita pelajari. Pengatahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dalam diri seseorang melalui pengalaman, pengamatan, pencernaan (digest), dan pemahamannya.
Sedangkan Klien 2 “proses eksperiensial (pengalaman) yang menghasilkan perubahan prilaku yang relatif permanen dan yang tidak dapat dijelaskan dengan keadaan sementara kedewasaan, atau tendasi alamiah.” Rumusan Klien tersebut yang cendrung sedikit dipengaruhi behavioristik yang menunjuk pada experiential learning,  perlu disela dalam orientasi konstruktivisme yang merupak bagian dari psikologi belajar yang berorientasi humanistik.

B.   PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK
Setiap anak dilahirkan dengan bakat yang merupakan potensi kemampuan (Inherent component of ability) yang berbeda-beda dan terwujud karena interaksi yang dinamis antara keunikan individu dan pengaruh lingkungan. Berbagai kemampuan teraktualisasi beranjak dari berfungsinya otak kita.

Gambar 1: pengembangan kreativitas kelas v b melalui kegiatan keterampilan membuat rak sepatu

Berfungsi otak kita adalah hasil interaksi dari cetakan biru (blue print)  genetis dan pengaruh lingkungan itu. Pada waktu manusia lahir, kelengkapan organisasi otak yang memuat 100-200 miliar sel otak (Teyler, 1997) 3 siap untuk dikembangkan serta diaktualisasi mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi. Jumlah ini mencakup beberapa triliun jenis informasi dalam hidup manusia (Sogan, 1977). 4



Gambar 2: pengembangan potensi anak kelas v b SDN 179/I LADANG PERIS melalui kegiatan keterampilan membuat rak sepatu

Penggunaan sistem kompleks dari proses pengelolaan otak ini sebenarnya sangat menentukan intelegensi maupun kepribadian dan kualitas kehidupan yang dialami oleh seorang manusia, serta kualitas manusia itu sendiri. Untuk meningkatkan kecerdasan anak maka produksi sel neuroglial, yaitu sel khusus yang mengelilingi sel neuron yang merupakan unit dasar otak, dapat ditingkatkan melalui berbagai stimulus yang menambah aktivitas antara sek neuron (synaptic activity),  dan yang memungkinkan akselerasi proses berfikir (Thompson, Berger dan Bery, 1980) 5.

Gambar 3 Aktivitas belajar kelas v b SDN 179/I LADANG PERIS

C.   PENGEMBANGAN SIKAP DAN MINAT TERHADAP PENDIDIKAN SAINS PADA TINGKAT PENDIDIKAN DASAR
Negara-negara berkembang setelah melihat pengalaman negara-negara maju, kini menyadari bahwa moderenisasi dinegara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Jepang bisa terjadi bukan saja karena ada sejumlah pakar sains serta pakar teknologi yang berkompeten dan bertanggung jawab terhadap perkembangan sains dan teknologi, melainkan juga karena jumlah populasi yang melek teknologi, pula memadai.
Perkembangan sikap dan minat pendidikan Sains seyogyanya dimulai sejak dini. Paparan ini mengulas peningkatan pendidikan sains dengan mengembangkan sikap dan minat sejak SD, dengan menciptakan suasana yang kondusif dalam pembelajarannya melalui keterlibatan pendidikan sekolah (formal) maupun luar sekolah (non formal).6

Gambar 4 Pengembangan Sikap dan Minat Terhadap Pendidikan Sains “Membuat Alarm Waspada Banjir” SDN 179/I LADANG PERIS

Dengan beralihnya masyarakat kita dari peradaban agraris ke peradaban mesin dan industri serta informatika, kita mengalami berbagai perubahan cepat akibat dari peningkatan IPTEK yang mempunyai dampak terhadap seluruh dimensi dan berbagai nilai kehidupan.

Gambar 5 Perkenalan IPTEK di SDN 179/I Ladang Peris Melalui Media Audio Visual

Kita menyadari bahwa pesatnya perkembangan ilmu teknologi dewasa ini telah mempercepat perubahan nilai-nilai sosial, yang membawa dampak positif dan negatif terhadap pertumbuhan bangsa kita, terutama kehidupan keluarga.
Globalisasi yang termanifestasikan dalam struktur jaringan global melibatkan semua jaringan dengan tatanan global yang seragam dalam pola hubungan yang bersifat penetratik, kompetitif, rasional, dan pragmantif. 7 dalam berbagai kehidupan kita terutama dalam dimensi ekonomi dan budaya.
Kosekuensinya ialah didalam berbagai penyiapan SDM kita harus bersifat realistis karena globalisasi menjadi tantangan dengan daya saing dan prakarsa, yaitu kemampuan-kemampuan yang belum sepenuhnya menjadi ciri dan budaya kita dan harus disertai kemampuan berpikir rasional, kritis, dan kreatif.
Peradaban dunia yang mengalami berbagai transisi dari era pertanian ke era  industri dan era informasi, menampakan diri secara simultan pada layar kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini berdampak terhadap keseluruhan kehidupan masyarakat dan sistem pendidikan kita.

REFERENSI
1.       Semiawan, c.1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta:Grasindo
2.       Klien, S. B. 1996. Principles and Applications, third edition. New York: McGraw-Hill.         
3.       Clark, B.1986. growing Up Gifted. Colombia, USA: CE Merril Publishing Co.
4.       Ibid,.
5.       Ibid,.
6.      Forum Komunikasi Integral Pendidikan Sains. Diselenggarakan oleh Ditjen Dikti, Dit. P3M. Cisarua, 29 Oktober 1996
7.   Poespowardojo, S.1985. Implementasi Strategi kebudayaan nasional dalam era globalisasi dalam seminar nasional Universitas Mercu Buana dan Lemhanas, 1995.

TINJAUAN PUSTAKA

Semiawan, Conny.2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Cet -2-. Indonesia. PT. Macanan Jaya Cemerlang

ARTIKEL TERKAIT:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar